Reaksi Redoks
Reaksi redoks merupakan
reaksi yang melibatkan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Pengertian reaksi
oksidasi dan reaksi reduksi berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu kimia.
Reaksi reduksi dan reaksi oksidasi banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya reaksi pembakaran, pembuatan cuka dari alkohol, peristiwa pemecahan
glukosa di dalam tubuh, perkaratan besi, dan lain-lainnya.
Pengertian Reaksi Redoks
Pada awalnya konsep reduksi dan oksidasi
(redoks) terbatas pada reaksi yang melibatkan pelepasan dan pengikatan oksigen.
Reaksi okseidasi merupakan reaksi pengikatan oksigen oleh suatu zat.
Contoh:
C(s) + O2(g) → CO2(g)
H2(g) + O2(g) → H2O(l)
2Cu(s) + O2(g) → 2CuO(s)
Reaksi reduksi merupakan reaksi pelepasan
oksigen oleh suatu zat.
Contoh:
HgO(s) → Hg(l) + O2(g)
FeO(s) + CO(g) → Fe(s) + CO2(g)
Tinjauan reaksi reduksi dan oksidasi
berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen ternyata kurang universal (luas)
karena reaksi kimia tidak hanya melibatkan oksigen saja. Misalnya, reaksi kimia
antara gas klorin dan logam natrium membentuk natrium klorida.
Na(s) + ½Cl2(g) → NaCl(s)
Konsep reaksi reduksi dan oksidasi selanjutnya
dijelaskan dengan menggunakan konsep perpindahan (transfer) elektron. Oksidasi
adalah reaksi pelepasan elektron, sedangkan reduksi adalah reaksi pengikatan
elektron. Dengan menggunakan konsep tersebut, maka dapat dijelaskan terjadinya
reaksi oksidasi dan reaksi reduksi pada reaksi antara gas klorin dengan logam
natrium sebagai berikut.
Na(s) + ½ Cl2(g) → NaCl(s)
Dalam reaksi itu terdapat 2 peristiwa, yaitu:
Na(s) → NA+(s) +
e-
……… (oksidasi)
½ Cl2 + e- →
Cl-
……… (reduksi)
Berdasrkan konsep tersebut dapat dinyatakan
bahwa peristiwa reaksi oksidasi reduksi terjadi secara bersamaan.
Reaksi transfer elektron terjadi pada
senyawa-senyawa yang berikatan ion. Ion positif terbentuk karena suatu atom
melepas elektronnya, sedangkan ion negatif terbentuk karena suatu atom mengikat
elektron. Oleh karena itu, konsep reaksi redoks yang didasrkan pada perpindahan
(transfer) elektron cukup memuaskan untuk menjelaskan reaksi-reaksi
pembentukkan senyawa ion.
Bilangan Oksidasi dan Reaksi Redoks
Konsep reaksi redoks yang lebih universal untuk
menjelaskan reaksi yang melibatkan senyawa kovalen adalah konsep reaksi redoks
berdasarkan perubahan bilangan oksidasi.
Reaksi redoks yang sukar dijelaskan dengan
konsep oksigen dan konsep elektron dapat dengan mudah dijelaskan menggunakan
konsep bilangan oksidai.
Bilangan oksidasi
Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi suatu
unsur merupakan bilangan bulat positif atau negatif yang diberikan kepada suatu
unsur dalam membentuk senyawa. Bilangan oksidasi suatu unsur ditentukan dengan
memeperhatikan hal-hal berikut.
a) Senyawa ion
Bilangan oksidasi unsur pada ion monoatomik
merupakan muatan riil dari ion-ion senyawa tersebut.
Contoh:
Senyawa NaCl, terbentuk dari ion Na+ dan Cl-,
maka bilangan oksidasi atom Na dalam NaCl adalah +1, dan bilangan oksidasi Cl
adalah -1.
b) Senyawa
kovalen
Hal yang perlu diperhatikan pada penentuan
bilangan oksidasi dalam senyawa kovalen adalah harga skala keelektronegatifan
dari masing-masing atom penyusunnya.
Atom-atom unsur yang mempunyai harga skala
keelektronegatifan lebih tinggi menunjukkan bahwa daya tarik atom tersebut
terhadap pasangan elektron ikatan lebih kuat. Oleh karena lebih kuat menarik
pasangan elektron, maka seakan-akan menjadi bermuatan negatif, dan karena itu
bilangan oksidasinya diberi angka negatif. Atom-atom yang mempnyai harga
keelektronegatifan lebih rendah diberi bilangan oksidasi positif.
Contoh:
Senyawa HCl terbentuk dari atom hidrogen
(keelektronegatifan H = 2,0) dan atom klorin (keelektronegatifan Cl = 3,0)
dengan menggunakan pasangan elektron bersama. Pasangan elektron bersama ini
lebih tertarik kepada atom Cl, maka atom klorin diberi bilangan oksidasi -1,
sedangkan atom hidrogen diberi bilangan oksidasi +1.
Penentuan bilangan oksidasi
Untuk menentukan bilangan oksidasi suatau atom
dalam suatu senyawa dapat dipergunakan beberapa ketentuan berikut ini.
1. Bilangan oksidasi unsur bebas (tidak
bersenyawa) adalah 0 (nol).
2. Jumlah aljabar bilangan oksidasi seluruh
atom-atom dalam suatu senyawa adalah 0 (nol).
3. Jumlah aljabar bilangan oksidasi seluruh
atom-atom dalam suatu ion poliatomik sama dengan muatan ion tersebut.
4. Unsur-unsur tertentu dalam membentuk senyawa
mempunyai bilangan oksidasi tertentu, misalnya:
- Atom-atom
golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, dan Fr) dalam senyawa mempunyai bilangan
oksidasi +1.
- Atom-atom
golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, dan Ba) dalam senyawa mempunyai bilangan
oksidasi +2.
- Atom-atom
golongan IIIA (B, Al, dan Ga) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi
+3.
- Atom
hidrogen (H) dalam senyawa umumnya mempunyai bilangan oksidasi +1, kecuali
dalam hidrida logam. Hidrida logam adalah senyawa yang terbentuk dari unsur
logam dan hidrogen. Pada hidrida logam, seperti LiH, NaH, CaH2, MgH2, dan
AlH3, atom hidrogen diberi bilangan ksidasi -1.
- Atom
oksigen (O) di dalam senyawa umumnya mempunyai bilangan oksidasi -2,
kecuali pada senyawa peroksida dan OF2.
Pada peroksida, seperti H2O2, Na2O, dan BaO,
atom oksigen diberi bilangan oksidasi -1, sedangkan pada OF2 diberi bilangan
oksidasi +2
Konsep reaksi redoks berdasarkan bilangan
oksidasi
Dengan menggunakan konsep bilangan oksidasi,
maka suatu reaksi yang rumit dapat diketahui zat mana yang mengalami reduksi
dan oksidasi.
Contoh:
Reaksi : CuO(s) + H2(g) → Cu(s) + H2O(g)
Menurut konsep oksigen pada reaksi diatas,
terdapat dua reaksi, yaitu:
Reaksi reduksi :
CuO → Cu
Reaksi oksidasi : H2 → H2O
Bila dihitung bilangan oksidasinya, maka
Reaksi reduksi :
CuO → Cu
(Bilangan oksidasi Cu pada CuO = +2 dan pada Cu
= 0)
Reaksi oksidasi : H2 → H2O
(Bilangan oksidasi H pada H2 = 0 dan pada H2O =
+1)
Dari contoh reaksi tersebut dapat disimpulkan
bahwa:
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang disertai
dengan kenaikan bilangan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi yang disertai
dengan penurunan bilangan oksidasi. Reaksi oksidasi dan reaksi reduksi umumnya
terjadi secara bersamaan dalam satu reaksi, maka kemudian disebut reaksi
redoks.
Pengoksidasi dan Pereduksi
Dalam reaksi redoks terdapat zat-zat yang
bertindak sebagai pereduksi (reduktor) dan pengoksidasi (oksidator). Pereduksi
atau reduktor adalah zat yang dalam reaksi redoks tersebut menyebabkan zat lain
mengalami reduksi. Dalam hal ini pereduksi mengalami oksidasi. Pengoksidasi
atau oksidator adalah zat yang dalam reaksi redoks tersebut menyebabkan zat
lain mengalami oksidasi. Dalam hal ini pengoksidasi mengalami reduksi.
Dalam reaksi di atas, Fe bertindak sebagai pereduksi
dan HCl sebagai pengoksidasi, sedangkan FeCl2 merupakan hasil oksidasi dan gas
H2 hasil reduksi. Atom klorin dalam reaksi ini tidak mengalami oksidasi maupun
redukasi.
Apabila dalam reaksi tersebut zat mengoksidasi
atau meredukasi dirinya sendiri maka peristiwanya disebut reaksi otoredoksi
Tata Nama Senyawa
Salah satu manfaat bilangan oksidasi adalah
untuk memberikan nama suatu senyawa yang bisa membentuk beberapa senyawa dengan
unsur lain. Sebagai contoh, besi dapat membentuk dua macam senyawa dengan
oksigen, yaitu FeO dan Fe2O3. Untuk pemberian nama kedua senyawa tersebut kakan
mengalami kesulitan bila tidak memperhatikan bilangan oksidasinya, sebab
keduanya merupakan senyawa yang bernama oksida. Untuk mengatasi hal tersebut
bilangan oksidasi besi dicantumkan dalam pemberian nama sehingga mudah
dibedakan. Kedua nama senyawa tersebut, yaitu:
FeO
: besi (II) oksida
Fe2O3 : besi
(III) oksida
Jadi untuk unsur logam yang dapat membentuk
senyawa dengan lebih dari satu bilangan oksidasi, maka pada penamaan bilangan
oksidasinya disertakan setelah nama logam tersebut dan diletakkan dalam tanda
kurung ().
Terima kasih materinya, sangat membantu sekali !!!
ReplyDeletemaharanicreation.blogspot.com
Terima kasih materinya, sangat membantu sekali !!!
ReplyDeletemaharanicreation.blogspot.com
makasih dek .., sering" kunjungi blog ini ya :D
DeleteIzin copas buat tugas
ReplyDeletesilahkan.! senang bisa membantu
DeleteTerima kasih materinya, sangat membantu..
ReplyDeleteMakasih ya....
ReplyDelete