HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA
1. Hukum Kekekalan Massa (Antoine Lavoisier)
Reaksi kimia tanpa kita
sadari merupakan proses yang telah sangat biasa dalam kehidupan kita sejak
dulu, namun sangat sulit bagi kita maupun ilmuan untuk menjawab teka-teki
dibalik proses itu. Misalnya, kita membakar kayu, maka hasil pembakaran hanya
tersisa abu yang massaya lebih ringan dari kayu. Hal ini bukan berarti ada
massa yang hilang. Akan tetapi, pada proses ini kayu bereasi dengan gas oksigen
menghasilkan abu, gass karbon dioksida, dan uap air. Jika massaa gas karbon
dioksida dan uap air yang menguap diperhitungkan, maka hasilnya akan sama.
Antoine Lavoisier (1743-1794) seorang pelopor yang percaya pentingnya membuat pengamatan
kuantitatif dalam eksperimen, mencoba memanaskan 530 gram logam mercuri dalam
wadah terhubung udara dalam silinder ukur pada system tertutup. Ternyata volume
udara dalam selinder berkurang 1/5 baian. Logam merkuri berubah menjadi
merkuri oksida sebanyak 572,4 gram. Besarnya kenaikan massa merkuri sebesar
42,4 adalah sama dengan 1/5 bagian udara yang hilang yaitu oksigen.
Logam merkuri + gas oksigen à merkuri
oksida
530
gram + 42,4
gram = 572,4 gram
Eksperimen-eksperimen seperti ini membawa
Lavoisier pada kesimpulan bahwa oksigen dari udara berperan penting. Kemudian
ia memformulasikan Hukum Kekekalan Massa yaitu : “ massa total suatu
bahan sesudah reaksi kimia adalah sama dengan massa total bahan sebelum reaksi”.
Dengan ungkapan lain, hukum ini menyatakan bahwa dalam reaksi kimia,
suatu materi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan.
Cotoh soal dan penyelesaianya
- Sebanyak 0,455 g sampel magnesium,
dibakar dalam 2.315 g gas oksigen untuk menghasilkan magnesium oksida.
Setelah reaksi terjadi, diperoleh massa oksigen yang tidak bereaksi
sebanyak 2,015 g. Berapakah massa magnesium oksida yang terbentuk?
Penyelesaian
Massa sebelum bereaksi
0,455 g magnesium + 2,315 5 oksigen = 2,770
Massa sesudah bereaksi
X g magnesium oksida + 2,315 g oksigen
(sisa) = 2,770 g
X g magnesium oksida = 2,770 g –
2,015 g = 0,755 g
Jadi massa magnesium oksida yang terbentuk
adalah 0,755 gram.
2. Hukum Perbandingan Tetap (Joseph Proust)
Selain Hukum
Kekekalan Massa, dalam reaksi kimia juga dikenal adanya Hukum
Perbandingan Tetap. Hukum ini dikemukan oleh Joseph Proust. Pada
tahun 1799, (Joseph Louis Proust, 1754-1826) melaporkan bahwa “seratus kilogram
tembaga yang dilarutkan dalam asam sulfat atau asam nitrat dan diendapkan
dengan karbonat dari potas (karbonat alam), akan selalu menghasilkan 194,5
kilogram karbonat hijau”. Sebelumnya ia juga telah melakukan reaksi yang sama
di laboratorium denan menggunakan karbonat murni dan menemukan hasil yang sama.
Pengamatan-pengamatan seperti ini menjadi dasar munculnya Hukum
Komposisi Tetap atau Hukum Perbandingan Tetap yaitu :” semua
sampel suatu senyawa akan memiliki komposisi (proporsi) yang sama dari massa
unsure-unsur penyusunnya”. Misalnya, air tersusun dari dua atom Hidrogen
(H) untuk setiap atom Oksigen (O) yang kemudian setiap simbolik
dituliskan sebagai rumus molekul yang sangat umum dikenal, yaitu H2O.
Dalam 10 g air, terdapat 1.119 g H dan 8,881 g O sebagai peyusun
senyawanya. Demikian pula dalam 27 g air, maka terdapat 3,021 g H dan 23.979 g
O. Dengan demikian komposisi H dan O dalam kedua air yang massanya
berbeda tersebut adalah sama, yaitu H=11,19% dan O=88,81%.
Massa zat yang dicari
X massa zat yang diketahui
Contoh soal dan penyelesaian
- Gas hydrogen da Oksigen akan bereaksi
membentuk air dengan perbandingan m(H) : m(O) = 1 : 8. Jika diketahui
massa hydrogen yang bereaksi 5 gram. Berapakah massa air yang dihasilkan?
Peyelesaian
m(H) : m(O) = 1 : 8
m(H)
= 5 gram
sehingga :
5 gram : (O) = 1 : 8
m(O)
= 8/1 x 5 g = 40 g
Jadi, massa air yang dihasilkan = 5 + 40 =
45 g.
3. Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton)
Hukum Proust
dikembangkan lebih lanjut oleh para ilmuwan untuk unsure unsure yang dapat
membentuk lebih dari satu jenis senyawa. Salah seorang di antaranya adalah John
Dalton (1766 – 1844). Dalton mengamati adanya suatu keteraturan yang
terkait dengan perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa. Untuk
memahami hal ini, perhatikan tabel hasil percobaan reaksi antara nitrogen
dengan oksigen berikut.
Tabel 3.7 Reaksi Antara nitrogen dan
Oksigoen
Jenis Senyawa
|
Massa Nitrogen Yang Direaksikan
|
Massa Oksigen Yang Direaksikan
|
Massa Senyawa
Yang Terbentuk
|
Nitrogen monoksida
|
0,875 gram
|
1,00 gram
|
1,875 gram
|
Nitrogen dioksida
|
1,75 gram
|
1,00 gram
|
2,75 gram
|
Dengan massa oksigen yang sama, ternyata
perbandingan massa nitrogen dalam senyawa nitrogen dioksida dan senyawa
nitrogen monoksida merupakan bilangan bulat dan sederhana.
Massa Nitrogen dalam senyawa nitrogen
dioksida/Massa Nitrogen dalam senyawa nitrogen monoksida
= 1,75 gram/ 0,87 gram
=2/1
Berdasarkan hasil
percobaannya, Dalton merumuskan hukum kelipatan perbandingan (hukum Dalton) yang
berbunyi:”Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu senyawa, dan
jika massa-massa salah satu unsur dalam senyawa-senyawa tersebut sama,
sedangkan massa-massa unsur lainnya berbeda, maka perbandingan massa unsur
lainnya dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana.
”
4. Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay Lussac)
Pada awalnya para
ilmuwan menemukan bahwa gas hidrogen dapat bereaksi dengan gas oksigen
membentuk air. Perbandingan volume gas hydrogen dan oksigen dalam reaksi
tersebut adalah tetap, yaitu 2 : 1. Pada tahun 1808, Joseph Louis Gay Lussac
melakukan percobaan serupa dengan menggunakan berbagai macam gas. Ia
menemukan bahwa perbandingan volume gas-gas dalam reaksi selalu merupakan
bilangan bulat sederhana.
2 volume gas hidrogen + 1 volume gas oksigen
-> 2 volume uap air
1 volume gas nitrogen + 3 volume gas
hidrogen -> 2 volume gas Ammonia
1 volume gas hidrogen + 1 volume gas klorin
-> 2 volume gas hidrogen klorida
Percobaan-percobaan Gay Lussac tersebut
dapat kita nyatakan dalam persamaan
reaksi sebagai berikut.
2 H2(g) + O2(g) -> 2 H2O(l)
N2(g) + 3 H2(g) -> 2 NH3(g)
H2(g) + Cl2(g) -> 2 HCl(g)
Dari percobaan ini, Gay
Lussac merumuskan hukum perbandingan volume (hukum Gay Lussac):
“Pada suhu dan tekanan yang sama, volume
gas gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai
bilangan bulat sederhana.“ Hukum perbandingan volume dari Gay Lussac dapat kita
nyatakan sebagai berikut. “Perbandingan volume gas-gas sesuai dengan koefisien
masing-masing gas.” Untuk dua buah gas (misalnya gas A dan gas B)
yang tercantum dalam satu persamaan reaksi, berlaku hubungan:
Volume A / Volume B =
koefisien A / koefisien B
Volume A=koefisien A /
koefisien B ×volume B
5. Hipotesis Avogadro
Mengapa perbandingan
volume gas-gas dalam suatu reaksi merupakan bilangan sederhana?
banyak ahli termasuk Dalton dan Gay Lussac gagal menjelaskan hokum
perbandingan volume yang ditemukan oleh Gay Lussac. Ketidakmampuan Dalton
karena ia menganggap partikel unsur selalu berupa atom tunggal (monoatomik).
Pada tahun 1811, Amedeo Avogadro menjelaskan percobaan Gay Lussac.
Menurut Avogadro, partikel unsure tidak selalu berupa atom tunggal
(monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik) atau lebih (poliatomik). Avogadro
menyebutkan partikel tersebut sebagai molekul.
Gay Lussac:
2 volume gas hidrogen + 1 volume gas
oksigen -> 2 volume uap air
Avogadro:
2 molekul gas hidrogen + 1 molekul gas
oksigen -> 2 molekul uap air
Dari sini Avogadro mengajukan hipotesisnya
yang dikenal hipotesis Avogadro yang berbunyi:
“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas
dengan volume yang sama akan mengandung jumlah molekul yang sama pula.” Jadi,
perbandingan volume gas-gas itu juga merupakan perbandingan jumlah molekul yang
terlibat dalam reaksi. Dengan kata lain perbandingan volume gas-gas yang
bereaksi sama dengan koefisien reaksinya
0 komentar
Post a Comment