Monday, February 3, 2014

Makalah Ilmu Al-Munasabah

BAB I
PENDAHULUAN
  A.    Latar Belakang
Alqur’anul Karim merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat, salah satunya adalah bahwa Al-Quran adalah kitab yang keotentikannya di jamin oleh Allah, Dan alqur’an merupakan kitab yang selalu dipelihara. Seorang muslim, tidak dapat menghindarkan diri dari keterikatannya dengan Al-Quran. Seorang muslim mempelajari Al-Quran tidak hanya mencari “kebenaran” ilmiah, tetapi juga mencari isi dan kandungan Al-Quran. Begitu juga dengan telaah tentang munasabah yang merupakan bagian dari telaah Al-Quran
. Seluruh usaha  membeberkan berbagai bentuk hubungan dan kemirip-miripan dalam Al-Quran adalah tidak terlepas dari usaha membuktikan bahwa Al-Quran sebagai “sesuatu yang luar biasa”.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Al-qur’an merupakan sebuah mukzizat yang sangat luar biasa. Dari mempelajari dan juga mengkaji Alquran inilah nantinya akan menghasilkan berbagai macam disiplin ilmu, diantaranya adalah ilmu Munasabah atau disebut juga ilmu Tanasubil Aayati Wassuwari 

  B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penyusun akan membahas perihal yang berkaitan dengan:
1.      Apa pengertian ilmu Al-Munasabah/Tanasubil Aayati Wassuwari ?
2.      Bagaimana pendapat Ulama disekitar ilmu munasabah ?
3.      Berapa macam-macam ilmu  munasabah dalam Quran?
4.      Mengapa perlu ilmu munasabah ?

  C.    Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah karena mengingat urgensi dari ilmu munasabah itu sangatlah penting, dalam menelaah Al-Quran, maka tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian ilmu Munasabah.
2.      Untuk  mengetahui pendapat ulama disekitar ilmu munasabah.
3.      Untuk mengetahui macam-macam ilmu munasabah.
4.      Untuk mengetahui kegunaan dari ilmu munasabah.




BAB II
PEMBAHASAN
  A.    Pengertian
Menurut bahasa, Al-Munasabah berarti المشاكلة dan  المقاربةartinya keserasian dan kedekatan. Quraish Shihab menyatakan bahwa munasabah adalah adanya keserupaan dan kedekatan di antara berbagai ayat, surah dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut dapat berbentuk keterkaitan makna antar ayat dan  macam-macam hubungan, atau kemestian dalam pikiran (nalar).
Makna tersebut dapat dipahami, bahwa apabila suatu ayat atau surah sulit ditangkap maknanya secara utuh, maka menurut metode munasabah ini mungkin dapat dicari penjelasannya di ayat atau di surat lain yang mempunyai kesamaan atau kemiripan. Kenapa ke ayat atau ke surah lain? Karena pemahaman ayat secara parsial (pemahaman ayat tanpa melihat ayat lain) sangat mungkin terjadinya kekeliruan.  Fazlurrahman mengatakan, apabila seseorang ingin memperoleh apresiasi yang utuh mengenali Alquran, maka ia harus dipahami secara terkait. Selanjutnya menurut beliau apabila Alquran tidak dipahami secara utuh dan terkait. Alquran akan kehilangan relevansinya untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Sehingga Alquran tidak menyajikan dan memenuhi kebutuhan manusia. Jadi, tidak heran kalau dalam berbagai karya dalam bidang Ulumul Quran tema munasabah hampir tidak pernah terlewatkan.
Menurut istilah, ilmu munasabah / ilmu tanasubil ayati was suwari ini ialah ilmu untuk mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-bagian Alqur’an yang mulia.
Jika diperhatikan ternyata urgensi ilmu munasabah akan semakin kelihatan dengan jelas, kalau digunakan untuk melihat salah satu keistimewaan Alqur’an itu sendiri. Menurut Subhi Sholeh bahwa di antara keistimewaan Alqur’an adalah memiliki sifat syumul (serba mencakup). Maka untuk mengetahui Alqur’an yang syumul tersebut,salah satu di antaranya harus melihat korelasi antara satu ayat dengan ayat lainnya, atau diantara satu surah dengan surah lainnya.

  B.     Pendapat Ulama-Ulama mengenai Ilmu Al-Munasabah
Pada bagian ini muncul pertanyaan,apakah munasabah itu ada atau tidak? Dari pertanyaan ini muncul dua pendapat yang berbeda sebagai jawabannya. Pendapat pertama mengatakan bahwa munasabah itu tidak ada. Dan pendapat yang kesua mengatakan bahwa munasabah itu ada.
Alasan dari pendapat yang pertama bahwa: Suatu kalimat baru memiliki munasabah apabila ia diucapkan dalam konteks yang sama. Karena ayat Alquran turun dalam berbagai konteks, maka tidak mesti ia memiliki munasabah. Pendapat tersebut dikemukakan oleh seorang mufassir yang bernama Izzudin ibn Abdul Salam. Di sini kelihatan bahwa Izzudin seakan ingin mengatakan bahwa susunan ayat mesti berdasarkan masa turunnya, misalnya (a, b, c, d, e, ...). bilamana susunannya sudah diubah, kalaupun mau mengatakan bahwa itu ada munasabahnya berarti itu terlalu dipaksakan.
Sementara argumen pendapat yang kedua mengatakan bahwa ketidakberurutan itulah menunjukkan adanya rahasia. Di sinilah relevansi pembicaraan munasaba. Pendapat adanya munasabah dalam Alquran juga  dikemukakan oleh mufassir, di antaranya As-Sayuthi, Al-Qaththan, Fazlurrahman, dan lain-lainya.
Syaikh ‘Izz bin ‘Abdus Salam mengatakan: “Munasabah (korelasi) adalah ilmu yang baik; tetapi dalam menetapkan keterkaitan antar kata-kata secara baik itu disyaratkan hanya dalam hal yang awal dengan akhirnya memang bersatu dan berkaitan. Sedang dalam hal yang mempunyai beberapa sebab berlainan, tidak disyaratkan adanya hubungan antara yang satu dengan yang lain.” Dan juga Qadi Abu Bakar ibnul ‘Arabi menjelaskan : “Mengetahui sejauh mana hubungan antara ayat-ayat satu dengan yang lain sehingga semuanya menjadi seperti satu kata,yang maknanya serasi dan susunannya teratur merupakan ilmu yang besar”.

  C.    Macam-Macam Munasabah
1.    Munasabah Antara Suatu Surah dengan Surah Lainnya
Pada bagian ini ada beberapa macam munasabah, yaitu
a.    Munasabah antara kandungan suatu ayat dalam suatu surah dengan suatu ayat pada surah sesudahnya.
Menurut As sayuthi surah-surah yang ada dalam Alquran mempunyai munasabah, sebab surah yang datang kemudian menjelaskan beberapa hal yang disebut secara global pada surah sebelumnya. Misalnya surah Al Baqarah memberikan perincian serta penjelasan terhadap surah Al Fatihah. Sedangkan surah Ali Imran yang merupakan urutan surah berikutnya memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap kandungan surah Al Baqarah, yaitu ancaman Allah terhadap orang-orang kafir karena pengaruh harta dunia. Ayat dari surah-surah tersebut berbunyi :
الحمد لله رب العالمين
فاذكروني أذكركم
إن الذين كفروا لن تغني عنهم أموالهم ولا أولادهم من الله شيّا وأولئك هم وقودالنار

Artinya :
1.      “Segala puji untuk Allah Tuhan semesta alam”. (QS.Al fatihah/1:2)
2.      “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu”. (QS.Al Baqarah/2: 152)
3.      “Sesungguhnya orang-orang kafir, harta benda, dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak siksaan neraka yang disediakan Allah. Dan mereka adalah bahan bakar api neraka”. (QS. Ali Imran/3:10)
        Contoh lain dari bagian ini adalah tentang pemnerian pengertian terhadap sesuatu ayat, bahwa boleh jadi pengertian suatu ayat dalam suatu surah masih didapati sangat global, belum rinci. Keglobalan ayat tersebut perlu ada rinciannya atau penjelasan lebih lanjut. Maka rincian atau penjelasan lebih lanjut akan didapati pada suatu ayat adalah surah sesudahnya. Hal seperti ini dapat dilihat misalnya pada surah Al Fatihah ayat 6:
اهدنا الصراط المسثقيم
Dan dalam surah Al Baqarah ayat 2:
ذلك الكتاب لا ريب فيه هدي للمتقين
Ayat ke-2 surah Al Baqarah tersebut memberikan pengertian atau penjelasan terhadap kata  الصراط المستقيم  yang terdapat pada ayat ke-6 surah Al Fatihah, yaitu bahwa yang dimaksud dengan  الصراط المستقيم  adalah  ذلك الكتاب  (Alquran).
b.      Munasabah antara surah dalam bentuk tema sentral
Selain dari itu, munasabah dapat membentuk tema sentral yang ada dalam berbagai surah. Misalnya dalam suurah Al Fatihah tema sentralnya adalah ikrar ketuhanan. Dan dalam surah Al Baqarah tema sentralnya adalah kaidah-kaidah agama. Sedangkan dalam surah Ali Imran tema sentralnya adalah dasar-dasar agama. Kesemuanya itu merupakan pondasi bagi umat islam dalam beramal, baik amal dalam makna sempit maupun amal adalam makna luas.

c.       Munasabah antara ayat terakhir dalam suatu surah dengan ayat pertama dalam surah berikutnya
Contoh dari munasabah model ini antara lain ayat terakhir dari surah Al Ahqaf dengan ayat pertama dari surah Muhammad. Dalam ayat terakhir (35) surah Al Ahqaf disebutkan:
كأنهم يوم يرون ما يوعدون لم يلبثوا إلا ساعة من نهار بلاغ فهل يهلك إلا قوم الفسقون
.....Pada hari melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan kecuali kaum yang fasik.
Dan dalam ayat pertama (1) Surah Muhammad difirmankan:
الذين كفروا وصدّوا عن سبيل الله أضلّ أعمالهم
(Yaitu) orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi dari jalan Allah, Allah menghapus segala amal-amal mereka.

Dalam ayat terakhir Surah Al Ahqaf tersebut dijelaskan tentang ancaman siksa bagi orang-orang fasiq. Selanjutnya penjelasan siapa sebenarnya orang-orang fasiq itu, ada pada ayat pertama Surah Muhammad, yaitu orang-orang kafir dan orang-orang yang menghalangi manusia dari bergbuat kebaikan.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa untuk memahami secara jelas makna yang ada pada ayat terakhir Surah Al Ahqaf harus dimunasabahkan dengan ayat pertama Surah Muhammad.

d.   Munasabah karena adanya keterkaitan atau adanya suatu peristiwa
Contoh munasabah dalam bentuk ini adalah seperti terdapat pada Surah Al Baqarah ayat 245 dengan Surah Ali Imran ayat 181.
Dalam Surah Al Baqarah ayat 245 disebutkan:
من ذا الذي يقرض الله قرضا حسنا فيضا عفه له أضعافا كثيرة والله يقبض ويبصط وإليه ترحعون
Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah, dengan pinjaman yang baik (menunaikan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan berlipatganda. Allah menyempitkan dan melapangkan rezeki dan  kepada-Nya kamu dikembalikan.
Sedangkan dalam Surah Ali Imran ayat 181 disebutkan:
لقد سمع الله قول الذين قالوا إن الله فقير ونحن أغنياء سنكتب ما قالوا وقتلهم الأنبياء بغير حقّ ونقول ذوقوا عذاب الحريق
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya. Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka) : rasakanlah olehmu azab yang membakar.
Untuk memahami atau mengetahui mengapa Allah mengatakan: Sesungguhnya Allah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: sesunggunya Allah miskin dan kami kaya adalah harus di munasabahkan dengan ayat 245 Surah Al Baqarah. Dalam ayat tersebut Allah mengatakan: “Siapa saja yang memberi pinjmana kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya”. Mendengar firman tersebut orang-orang yahudi mengatakan kepada Rasulullah: “hai Muhammad, ternyata Tuhan kamu itu miskin sehingga minta pinjaman kepada hamba-Nya”. Dengan perkataan yahudi itu, maka Allah menurunkan Surah Ali Imran ayat 181.
Dari uraian contoh tersebut menunjukkan bahwa dalam memahami ayat 245 Surah Al Baqarah dan ayat 181 Surah Ali Imran harus di munasabahkan antara keduanya. Dan dapat dilihat bahwa keduanya memiliki peristiwa dan isi yang saling terkait. Dengan demikian akan diketahuilah tentang diturunkan-Nya ayat dari surah tersebut.

2.    Munasabah dalam Satu Surah
a.      Munasabah kalimat dengan kalimat
Munasabah antara kalimat daklam Alquran adakalanya memakai huruf ‘athaf, dan adakalanya tidak memakai huruf ‘athaf. Yang memakai huruf ‘thaf biasanya mengambil bentuk berlawanan (mutadhadat), misalnya penggunaan و dan  ام dalam ayat:
فإان لم تفعلوا ولن تفعلوا . أ أنذرتهماأم لم تنذرهم
Sedang munasabah yang tidak memakai huruf ‘athaf sandarannya adalaha qarinah ma’nawiyah. Aspek ini dapat mengambil bentuk:
1)        At-Tanzir (التنذير  ), yaitu membandingkan dua hal yang sebanding, menurut kebiasaan orang yang berakal.
Misalnya:
Dalam surah Al Anfal ayat 5 disebutkan:
“Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran (berangkat perang), padahal sesungguhnyja sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya”.
Sedangkan ayat sebelumnya (QS. Al Anfal:4) berbunyi:
“Itu adalah orang-orang yang beriman dengan sebanar-benarnya. Mereka itu akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan mendapat keampunan serta rezeki yang mulia”.
Di sini ada dua keadaan yang sebanding, yaitu mereka yang mengikuti perintah tuhannya akan mendapat imbalan sesuai denga kerjanya. Imbalan tersebut adalah kebaikan dunia dalam bentuk materi dari harta rampasan, dan imbalan akhirat adalah pahala yang berlipat ganda serta keampunan dari pemberi perintah (Allah).
2)        Al-Mudhadatألمضدات  (, artinya berlawanan.
Misalnya:
Dalam surah Al Baqarah ayat 6 disebutkan:
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama saja, diberi peringatan atau tidak diberi peringatan tetap mereka tidak beriman”.
Ayat ini menerangkan watak orang kafir yang pembangkang, keras kepala, tidak percaya kepada kitab-kitab Allah. Sedangkan pada ayat sebelumnya Allah menerangkan watak orang mukmin yang sangat berlawanan dengan orang-orang kafir. Watak orang-orang mukmin adalah memiliki kepercayaan yang kuat. Dia percaya adanya yang gaib, melaksanakan shalat, memikliki sifat kebersamaan yaitu tidak senang jika melihat saudaranya kesulitan , dan lain-lain.
3)        Al-Istithradالاستطراد ), artinya peralihan kepada penjelasan lain.
Misalnya:
Dalam surah Al A’raf ayat 26disebutkan:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian (nikmat) untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa (senantiasa bertakwa kepada Allah) itulah yang lebih baik”.
Ayat tersebut menjelaskan tentang nikmat Allah, sedang ditengahnya dijumpai kata (   (  لباس التقويyang mengalihkan perhatian pada penjelasan ini (pakaian). Dalam hal ini munasabah yang dapat dilihat adalah antara menutup tubuh atau aurat dengan kata-kata takwa.
4)        At-Takhallus (peralihan), artinya peralihan di sini adalah peralihan terus-menerus dan tidak kembali lagi pada pembicaraan pertama.
Misalnya:
أفلا ينظرون إلى الابل كيف خلقت والى السماء كيف رفعت .
Ayat ini mengandung pembicaraan yang terus-menerus, yaitu mulai dari unta, langit, dan seterusnya.
b.      Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surah
munasabah dalam bentuk ini secara jelas dapat dilihat dalam surah-surah pendek. Misalnya Surah Al Ikhlas yang berbunyi:
قل هو الله احد . الله الصمد . لم يليد ولم يولد . ولم يكن له كفواأحد .
Masing-masing ayat dalam surah tersebut saling menguatkan tema pokoknya, yaitu tentang keesaan Tuhan.
Contoh lain dari model ini dapat dilihat dalam Surah Al Baqarah ayat 255 dan ayat 256 yang berbunyi:
الله لا اله إلا هو الحي القيوم لا تأخذه سنة ولانوم ...
Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluknya; tidak mengantuk dan tidak tidur...
Ayat berikutnya berbunyi:
لااكراه في الدين قد تبيّن الرشد من الغيّ ...
Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jualan yang sesat ...
Dengan disebutkannya keesaan Tuhan secara sempurna (dalam ayat 255), maka selanjutnya dalam ayat 256 ditegaskan bahwa tidak perlu adanya paksaan dalam memeluk agama untuk mempercayai adanya Tuhan.
c.       Munasabah antara uraian awal ayat dengan akhir ayat dalam satu surah
Munasabah iini dapat dijumpai, misalnya dalam Surah Al Qashash. Permulaan surah ini (ayat 1-32) menjelaskan perjuangan Nabi Musa, sementara di akhir surah (ayat 83-88) memberikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad yang menghadapi tekanan dari kaumnya, dan akan mengembalikannya ke Mekah (di awal surah tidak menolong orang yang berdosa. Dan di akhir surah, Nabi muhammad dilarang menolong orang-orang kafir). Munasabah pada surah ini terletak pada kesamaan situasi yang dihadapi, dan sama-sama mendapat jaminan dari Allah.

3.    Munasabah Antara Nama Surah dengan Isi yang Dikandungnya
Nama-nama surah dalam Alquran mempunyai kaitan dengnan pembahasan yang ada pada isi surah tersebutu.Misalnya Surah Al Fatihah yang mempunyai dua nama: pertama disebut Al Fatihah karena posisinya di awal Alquran. Kedua disebut Ummul Kitab, karena isinya memuat berbagai tujuan Alquran dan seterusnya.

  D.    Fungsi dan Faedah Ilmu Al-Munasabah
Ada empat fungsi utama dari ilmu Al-Munasabah, yaitu:
1.      Untuk menemukan arti yang tersirat dalam susunan dan urutan kalimat-kalimat, ayat-ayat, dan surah-surah dalam alquran.
2.      Untuk menjadikan bagian-bagian dalam Alquran saling berhubungan sehingga tampak menjadi stu rangkaian yang utuh.
3.      Ada ayat baru dapat dipahami apabila melihat ayat berikutnya.
4.      Untuk menjawab kritikan orang luar terhadap sistematika Alquran.
Faedah mempelajari ilmu munasabah ini banyak, antara lain sebagai berikut :
1.      Mengetahui persambungan hubungan antara bagian Alqur’an, baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lainnya. Sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab Alqur’an dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatan. Karena itu, Izzudin Abdul Salam mengatakan, bahwa ilmu munasabahitu adalah ilmu yang baik sekali. Ketika menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Beliau mensyaratkan harus jatuh pada hal-hal yang berkaitan betul-betul, baik di awal atau diakhirnya.
2.      Dengan ilmu munasabah itu dapat diketahui mutu dan tingkat kebahagiaan bahasa Alqur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain. Serta persesuaian ayat atau suratnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih meyakinkan kemukjizatannya, bahwa alqur’an itu betul-betul wahyu dari Allah SWT, dan bukan buatan Nabi Muhammad Saw. Karena itu Imam Arrazi mengatakan, bahwa kebanyakan keindahan-keindahan Alqur’an itu terletak pada susunan dan persesuaiannya, sedangkan susunan kalimat yang paling baligh (bersastra) adalah yang sering berhubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
3.      Dengan ilmu munasabah akan sangat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Alqur’an. Setelah diketahui hubungan sesuatu kalimat / sesuatu ayat dengan kalimat / ayat yang lain, sehingga sangat mempermudah pengistimbatan hukum-hukum atau isi kandungannya.









BAB III
PENUTUP
  A.    Kesimpulan
Yang dimaksud dengan munasabah ialah segi-segi hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, antara satu ayat dengan ayat lain dalam bannyak ayat, antara satu surah dengan surah yang lain. Pengetahuan tentang munasabah ini sangat bermanfaat dalam memahami keserasian antar makna, mukjizat Qur’an secara retorik, kejelasan keterangannya, keteraturan susunan kalimatnya dan keindahan gaya bahasanya.
Munasabah dalam Alqur’an dapat berupa:
a)    Munasabah antara suatu surah dengan surah lainnya
b)   Munasabah dalam satu surah
c)    Munasabah antara nama surah dengan isi yang dikandungnya

Ilmu munasabah di pandang sebagai ilmu yang diperlukan untuk memahami secara secara menyeluruh makna-makna yang dikandung dalam susunan ayat-ayat dan juga surah-surah dalam Alqur’an. Fungsi lainnya antara lain untuk menjadikan bagian-bagian dalam Alqur’an saling berhubungan sehingga tampak menjadi satu rangkaian yang utuh.

  B.     Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pembaca dapat menyampaikan kritik dan juga sarannya terhadap hasil penulisan makalah kami.









DAFTAR PUSTAKA

Drs. Abu Anwar, M.Ag. 2002. Ulumul Qur’an. Pekan Baru: Amzah
Manna’ Khalil al-Qattan. 1973. Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an (Studi Ilmu-Ilmu Qur’an). Diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Mudzakir AS. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.2006
http://www.ilmumunasabah.com


0 komentar

Post a Comment